Kebanyakan karyawan mendapat fasilitas dari perusahaan berupa pengecekan kesehatan secara berkala setiap tahun. Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini, penyakit-penyakit yang mungkin diidap oleh karyawan. Semakin dini diketahui, pengobatan dapat dilakukan. Demikian pula dengan pencegahan. Mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan?
Tidak hanya kesehatan badan yang perlu dicek. Keuangan juga perlu kita cek apakah sehat atau tidak.
Langkah awal investasi dimulai dengan mengecek kesehatan keuangan, istilah kerennya financial check up. Siapkan data berupa pemasukan baik regular maupun tidak, juga data pengeluaran.
Buat daftar aset. Tabungan, rumah, saham, reksa dana, motor, mobil dan aset lainnya. Selain itu, buat daftar utang.
Jika pemasukan lebih besar dari pengeluaran, berarti arus kas kita positif. Aset dikurangi utang merupakan aset bersih kita.
Untuk memulai investasi arus kas harus positif. Jika belum, pangkas pengeluaran atau tambah penghasilan.
Setelah arus kas kita positif, langkah selanjutnya adalah membentuk dana darurat.
Dana darurat digunakan untuk kebutuhan dadakan. Misalnya seperti biaya uang muka perawatan di rumah sakit. Kebutuhan dana darurat minimal tiga kali pengeluaran bulanan. Setelah dana darurat tersedia, kita memerlukan proteksi. Belilah produk asuransi.
Selanjutnya, barulah kita berinvestasi. Instrumen investasi banyak macamnya seperti disebutkan dalam bagian Kenali Pilihan Investasi.
Di antaranya adalah reksa dana. Reksa dana cocok untuk para investor pemula. Minimal investasi rendah, instrumen terdiversifikasi serta banyak pilihan. Keuangan sehat, awal dari keberhasilan investasi.
Rasio keuangan pribadi
Selain langkah awal memiliki arus kas positif, dana darurat dan proteksi, ada beberapa langkah yang lebih rinci untuk melihat kesehatan keuangan kita.
-
Berapa lama uang tunai dapat memenuhi pengeluaran bulanan ?
Disebut juga rasio likuiditas. Bagilah uang kas atau aset setara kas dengan pengeluaran bulanan.
Jika kita memiliki uang tunai, tabungan dan deposito sejumlah Rp 25 juta dan pengeluaran bulanan kita sebesar Rp 5 juta berarti dana tunai kita cukup untuk pengeluaran selama lima bulan. Rasio ideal adalah 3-6 bulan.
-
Berapa besar uang kas atau aset setara kas dari seluruh kekayaan bersih kita ?
Kekayaan bersih adalah kekayaan dikurangi oleh utang. Bagilah aset likuid dengan kekayaan bersih. Rasio ideal 15 persen.
Misalnya kekayaan bersih kita Rp 200 juta dan aset setara kas Rp 100 juta berupa tabungan, artinya rasionya 50 persen.
Jika rasio ini terlalu besar, uang kita tidak berkembang. Sebaiknya uang kita juga ditempatkan ke instrumen lain seperti reksa dana agar dapat berkembang lebih cepat.
-
Seberapa besar kemampuan kita menabung atau berinvestasi ?
Sebaiknya kita menyisihkan setidaknya 10 persen dari penghasilan kotor untuk ditabung atau diinvestasikan. Dengan penghasilan Rp 10 juta per bulan, idealnya Rp 1 juta dialokasikan untuk tabungan atau investasi.
Jika masih kurang, pengeluaran lain dapat dipangkas untuk menambah tabungan atau investasi ini.
-
Seberapa besar kemampuan kita membayar utang ?
Istilahnya debt service ratio. Menunjukkan kemampuan kita dalam membayar utang setiap bulan. Bagilah total cicilan utang dengan penghasilan bulanan.
Rasio terbesar 30 persen. Jika rasio lebih besar dari 30 persen, berarti cicilan utang kita terlalu banyak.
Dengan pendapatan Rp 10 juta, maksimal cicilan per bulan yang wajar adalah Rp 3 juta.
-
Berapa besarnya utang kita ?
Untuk mengetahuinya, bagilah total utang dengan aset. Angka maksimal 50 persen. Jadi maksimal separuh dari aset kita berupa utang.
Lebih dari 50 persen, artinya kita terlalu banyak berutang.
Bagaimana rasio keuangan Anda ? Apakah sudah sesuai dengan posisi ideal ? Jika belum, masih ada waktu untuk memperbaiki rasio tersebut sehingga keadaan keuangan keluarga juga menjadi lebih baik.
Apakah saya konservatif atau agresif ?
Mengetahui diri sendiri juga berarti mengetahui profil risiko kita. Profil risiko menunjukkan tingkat penerimaan seseorang ketika menghadapi risiko. Terkait dengan investasi, profil risiko menunjukkan seberapa besar daya tahan investor menghadapi risiko ketika investasinya berkurang atau tergerus. Secara umum ada tiga macam profil risiko, yaitu konservatif, moderat dan agresif. Mengenai profil risiko sudah dibahas dalam Mengenali Investasi.